Monday, April 16, 2012

:: SejeNak ::

Tiba-tiba teringatkan pantai dan laut. Ya pantai dan laut. Bangun dari tidor sesudah subuh tadi perut memekak mintak diisi. Tengok atas meja, ada sup ayam. Rezeki. Alhamdulilah. Ini semua terima kasih kepada yang Maha Esa atas rezeki dan jugak kepada puan ibu yang masak dengan kasih dan sayang kepada keluarga.

Berbalik kepada pantai dan laut. Kalau kalian pernah pergi ke pantai-pantai sebelah pasir barat, kalian akan dapati pasirnya berlumpur dan berbatu. Andai laut sedang surut, menarik air jauh dari pantai, nah satu pemandangan yang berlumpur, berbatu dan mungkin terselit-selit cebisan plastik dan botol di pantai.

Tapi, kira laut sedang memasang, air datang menutup pantai yang berlumpur dan berbatu. Masa itu, kita hanya akan nampak air sahaja yang memenuhi. Tiada pantai yang berlumpur, berbatu dan bersampah. Hanya air yang mengilau kalau terkena pancaran matahari yang panas. Air yang membiru. Heh, tapi kalau belah-belah Selat Melaka ni gamaknya laut yang menghitam dengan tumpahan minyak kapal kapitalis.

Batuan dan air itu ibarat turun naiknya hidup manusia. Bila kalian di atas, di saat yang gemilang, air laut yang memasang akan menutup batuan, lumpur dan sampah di pantai. Manusia hanya akan melihat kita yang hebat, tiada kelemahan. Mereka akan duduk merapat dengan kita, serapat yang boleh.konon mereka sahabat sejati sepanjang zaman.

Tapi cuba bila kita jatuh. Gemilang yang kita raih hilang. Dugaan pulak yang berlaku. Segala yang buruk selama ini terlindung dengan kehebatan sudah teserlah. Mereka konon sahabat sejati mula menjauh. Macam laut yang menyurut, menjauh dari pantai. Meninggalkan batuan, sampah dan lumpur di daratan.

 haihh. Manusia.

No comments:

Post a Comment